Sejauh yang dia ingat, sejak kecil sampai dewasa, tidak ada yang pernah menanyakan apa yang dia rasa, apa yang dia lihat, apa yang dia pikirkan, apa yang dia harapkan, apa yang dia inginkan, apa yang dia cita-citakan dan apa yang dia rencanakan. Kata-kata manis dan lembut pun sama sekali tidak ada dalam ingatan pernah dia dengar, meski dia selalu dituntut untuk berbicara dan besikap santun.
Yang dia ingat hanya suara bernada tinggi, ketus dan marah. Pukulan sapu lidi, ikat pinggang dan mistar kayu berulang kali mengenai tubuh kecilnya. Sudah tak terhitung lagi luka lebam di kaki, tangan dan punggungnya karena pukulan benda-benda itu atau cubitan di lengannya yang tidak jarang meninggalkan luka berdarah terkena kuku.
Sudah tak terucap lagi pertanyaan, "apa salahku?" Karena mungkin dia memang sudah salah sejak lahir. Dia lahir disaat bayi lelaki yang diharapkan, dan seperti kehadiranya tidak diinginkan tapi tak mungkin ditolak.
45 tahun sudah berlalu sejauh masa yang dia ingat dan sebagian perlakuan itu masih dia rasakan sampai saat ini. Seperti bom waktu yang siap meledak. Semua itu tertimbun di seluruh ruang kenangan dan menyesakkan dada, menunggu saat untuk terlontarkan keluar.
Hanya bisa diam, suka tidak suka menyerap semuanya. Sesekali tanpa disadari muncul letupan kecil yang tidak diinginkan. Letupan akibat sudah tak ada lagi ruang dalam rongga dadanya untuk menahan semua rasa dan emosi.
![]() |
Temon sayang mami |
Komentar
Posting Komentar
harap menggunakan tata bahasa yang baik dalam memberikan komentar.