Langsung ke konten utama

AGIL, mami sayang kamu, Nak...

"untung teu ka geleng"  (untung tidak terlindas -red).

Terdengar seorang anak berteriak seiring suara deru mesin mobil yang lewat depan rumah kami dengan kencang.  Spontan mama yang sedang menyirami tanaman di pekarangan menoleh mencari dan melihat si Agil, kucing domestik kesayangan kami, berlari kencang sekali masuk rumah dan bergegas mengikutinya karena kuatir.

Melihat Agil tergeletak di dapur depan pintu kamar mandi, dengan nafas tersengal-sengal, mama segera memanggilku.  Bergegas ku ikuti mama, melihat kondisi Agil.

Ku dapati Agil tak berdaya, tergeletak di lantai.  Ku coba geser dia ke atas keset agar hangat, dia menjerit kesakitan.  Gerahamnya terlihat tegang sedikit terbuka.  Karena kulihat ada sesuatu di mulutnya, ku coba masukkan jariku dicelah mulutnya yg sedikit terbuka, di antara giginya.

Darah... Jariku berlumuran darah dari mulut Agil.

Ku coba buka mulutnya tuk melihat, tapi tidak bisa.  Geget, gerahamnya kuat terkatup menahan sakit.  Terdengar suaranya lirih mengerang.

Gak mungkin kalau cuma keserempet, ini pasti sudah terlindas mobil itu.  Mungkin rasa takut, kaget dan shock yang membuat dia masih sanggup berlari sekencang itu masuk rumah sampai tergelatak tak berdaya di tempatnya sekarang.  Archie, kucing jantan adik kandung Agil, mondar mandir gelisah sambil sesekali mendekati Agil.

Ku cium bau sesuatu yg kurang sedap, ku lihat keluar kotoran dari anusnya. 
Pasti dia kesakitan sekali sampai seperti itu.
Segera ku bersihkan kotoran itu, buat kondisinya nyaman.  Tidak yakin bisa selamat.
Ku duduk bersila di lantai di dekat Agil berbaring di atas keset.  Ku elus kepalanya, dia bergerak naik ke pangkuanku.  Dia menyusupkan kepalanya di antara tangan dan badanku, arah ketiak, seolah mencari perlindungan seperti yang sering dia lakukan dalam gendonganku setiap kali merasa takut.  Mengerang dengan nafas satu-satu. 

Pelan ku raba badannya, mencari mana yang terluka.  Terasa rusuk sebelah kiri ada 1 yang melesak.  Sesaat ku menduga dia sebenarnya sudah terlindas mobil yang ngebut tadi ketika anak itu menjerit, mungkin rusuknya patah dan menusuk jantungnya.  Nafasnya satu-satu, suara erangannya lirih, matanya nanar kosong.  Ku elus-elus kepalanya.

"Agil sakit? Mami ikhlas, kalau Agil mau pergi, supaya Agil gak sakit lagi.  Mami ikhlas, Nak."

Sesaat kemudian dia berusaha berdiri, tidak berani ku pegang, kuatir sentuhanku makin menyakitinya karena tidak sengaja menyentuh bagian tubuh yang sakit.  Sempoyongan Agil turun dari pangkuanku, mengerang, sebelum akhirnya muntah darah cukup banyak dan rubuh tak bergerak.  Pelan-pelan tubuh kucing betina kesayangan kami itu tak bergerak lagi sampai nafasnya berhenti sama sekali.  

Bagaimana dia tadi bisa berlari sekencang itu, pulang masuk ke rumah ?

Pasti ada kekuatan luar biasa yang membuat Agil sanggup berlari sekencang itu.  Mungkin dia kaget, shock dan ketakutan, reflek kakinya berlari pulang mencari perlindungan.

"Agil, mami sayang kamu, Nak.  Mami ikhlas tapi mami sedih."

Tubuhnya lemas tak bergerak dan mulai dingin.  Darah kental masih menggenang di lantai putih, setelah ku bungkus tubuh itu dengan kain, kuangkat dia untuk dikuburkan di pekarangan depan rumah kami.  Serasa menggendong boneka kain tak bertulang, lemas sekali dan lunak.

Mungkin orang akan berkata, "ah, cuma kucing kok."  Tapi bagi ku, dia adalah belahan jiwa, sahabat setia menemani hari-hari kami tanpa mengeluh.

Ku tidak tahu mobil yang melindas Agil tu mobil tetangga atau orang yang datang bertamu ke komplek rumah kami.  Yang pasti mobil itu lewat cukup kencang di jalan yang tidak lebar di depan rumah kami.  Biar bagaimana pun masuk dalam komplek perumahan seharusnya tidak dengan menancap gas.  Selain tidak sopan, juga membahayakan.  Andai yang tiba-tiba lari keluar halaman tadi seorang anak kecil dan bukan si kucing Agil ...

Tak terasa air mata tak hendak berhenti menetes.  2 minggu lalu Kukut mati mendadak, sekarang Agil, kasihan Archie tidak ada lagi temannya bermain.  Makhluk lucu dan lincah itu sudah tidak lagi menyertai hari-hari ku dengan keisengan dan perilakunya yang menggemaskan.

5 agt 2019 - 11 okt 2020


😭 😿

  

Agil senang mencabik-cabik dus bekas minuman 
kesayangannya, tempat dia bermain
 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

KeRuPuK

Hari itu, jumat cerah cerah. Saat kami mengunjungi sebuah hotel berbintang di kota Bandung. Berjalan menelusuri lorong-lorong dan memasuki beberapa ruangan yang sunyi namun bersih, ramah dan hangat. Menikmati dan mengagumi arsitektur masa kolonial. Klasik, anggun dan megah. Bersatu apik dengan tatanan interior modern, rapi dan wangi. Seorang pelayan di ruang makan Hotel Savoy Homann   (photo by Primas Onnie) Hingga sampailah kami di sebuah ruangan yang sedang dipersiapkan untuk makan siang.   Tiba-tiba pandangan ku tersita ke seberang ruangan, di satu sudut ruang itu agak menyendiri.  Sosok itu... Dia diam disana, begitu mempesona dan indah. Aura kuat terpancar dari tubuhnya. Seolah memintaku untuk mendekat.  Sesaat jiwa yang lapar tak kuat menahan godaannya tuk mencicipi, setelah lelah seharian berjalan mengarungi dunia fana. Ah...  Tak kuat rasanya.  Tapi beranikah aku memintanya? Malu...  Itu yang ada dalam benakku saat itu. Sekilas ku l...

Setan Gunung Ciremai

Dia menoleh dan tersenyum.  Diulurkannya tangannya untuk membantu menaiki undakan akar pohon dan bebatuan.  Sejenak ku tertegun.  Sekilas terbaca sesuatu yang tidak disangka dan tidak direncanakan. Entah setan mana yang merasuki dan menutup matanya.  Mungkin pula hantu penunggu gunung Ciremai yang tiba-tiba tergoda untuk mengganggu.  Ataukah setan yang merasuki, atau memang ada malaikat yang Diperintahkan untuk datang dan memberikan berkah ? Sorot matanya terlihat tidak biasa, genggaman tangannya erat menghangatkan.  Jelas terlihat dan dipahami tanpa harus diucapkan dengan kata-kata.  Sejenak terlena, membangkitkan rasa yang telah lama sirna. ilustrasi oleh model lokasi : habitat Panthera pardus melas , jalur pendakian Gn.Ciremai via Linggarjati ~~~   👻 ... 👻 ... 👻   ~~~ Dalam perjalanan pulang, tak hentinya kami bercanda.  Tangannya tak lepas menggenggap tangan ku atau merangkul pundakku. "Kalau nikah nanti, kita mau pakai ...

Mati Lampu

Tidak pernah terpikir sedikit pun  soal kematian walau pernah berencana untuk bunuh diri ketika berumur 7 tahun.  Tapi akhir-akhir ini kematian  membayangi di mata. Sebuah makam Tionghoa Bukan kuatir atau ketakutan tentang apa yang akan terjadi setelah kematian atau bagaimana proses kematian itu. Ah... Entah bagaimana menjabarkannya. 😕 Bayangan ex pacar, papa, teman, bahkan kucing ku  yang semua tiba-tiba meninggal tanpa ada gejala sakit parah, masih membuat sesak dada dan berlinang air mata. Kematian tidak seperti lampu mati yang bisa ditekan saklar nya untuk menyalakannya kembali. Bahkan penguasa dunia paling diktator dan paling berkuasa pun tidak dapat mengatur kematian. Mungkin memang hanya drakula yang tidak bisa mati dan drakula pun suatu saat akan mengatakan "aku bosan hidup, aku lelah". 😁✌️ Jadi penasaran, apa yang akan dikatakan seorang atheis tentang kematian ya ?  ~~~ 👻 ~~~ Pagi itu ketika dalam perjalanan ke luar kota, notifasi hp ku berbunyi mena...