Langsung ke konten utama

PuPuS 🐾

 "Mau beli apa?"

"Apa yang bagus untuk oleh-oleh ya, Ma?"  tanyanya sambil berjalan perlahan menelusuri dan mengamati barang-barang cenderamata yang dipajang di rak toko cinderamata terkenal di kota gudeg itu.  Sesekali tangannya menyentuh cenderamata yang diminati, mengangkatnya untuk melihat label harga yang tertempel disana dan mempertimbangkannya dengan uang yang dia miliki.  "Ah, duitnya gak cukup," batinnya dalam hati.

"Untuk temenmu?" tanya mamanya lagi, yang mengikuti langkahnya sambil juga melihat-lihat barang-barang yang dijual di toko itu.  Suara mamanya terdengar tidak ramah di telinganya, ada nada curiga.

"Iya..." jawabnya lirih sambil mengangguk ragu.

"Temen sekolah, laki-laki?" suara itu terdengar ketus, "Ngapain kamu beliin barang buat anak laki, pacar kamu ya, perempuan macam apa kamu? Seharusnya laki-laki yang ngasih ke kamu, bukan kamu yang belikan dan ngasih-ngasih ke anak laki. Kayak perempuan murahan aja...." dan bla... bla... bla... Tidak didengarkannya lagi kata-kata selanjutnya, bete.

Tidak mau dia mendengarkan lagi, bukan tidak mau patuh, tetapi hanya tidak sependapat. Sejenak dia lirik mamanya yang sedang memilih-milih baju di rak sebelah sambil masih terus ngomel panjang lebar soal harga diri perempuan menurut versi mamanya, kemudian sejenak dia menimbang-nimbang barang yang ada digenggamannya, meletakkannya kembali di rak dan pelan tapi pasti beranjak ke rak pajangan lain meninggalkkan mamanya.  Jengah telinganya mendengarkan omelan diantara pengunjung toko yang lain, dan dia merasa mamanya tak perlu gusar seperti itu.  Apa sih salahnya memberikan sebuah cenderamata pada seorang sahabat?  Kalau pun dia dan temannya itu saling menyukai lebih dari sekedar teman, rasanya juga wajar-wajar saja.  Usia remaja mulai menyukai lawan jenis bukanlah hal yang harus dipersalahkan. Tapi baginya persahabatan tetaplah persahabatan, tidak peduli lelaki atau perempuan, dan saling memberikan cenderamata bukan hal yang melanggar sopan santun atau harga diri tapi lebih untuk tanda kasih persahabatan.

Di lorong rak lain di toko itu, dia melihat sepupu perempuannya sedang asyik memilih-milih kaos oblong bersama ibunya, dia berjalan mendekat.  "Itukan kaos cowok, untuk siapa?" tanyanya.

"Buat cowok aku lah," jawab sepupunya dengan riang.  "Minggu lalu dia kasih aku oleh-oleh kalung.  Cowok aku belum pernah main ke Jogja, mau ku belikan oleh-oleh kaos jogja ini, bagus ya..." 

Dia hanya tersenyum melihat kelakuan sepupunya itu.  Batinnya sedih, hatinya serasa diiris-iris.  Ibu sepupunya adalah adik kandung mamanya.  Buru-buru dia membalikkan badan, untuk menyeka air mata yang hampir jatuh dan pergi meninggalkan mereka ... 😢


----- oOo -----


a cup of love

"Wan... kayaknya kita gak bisa terus begini," suaranya lirih tercekat, berat rasanya mengutarakan hal ini, tapi dia tidak ingin kawannya ini sakit  hati jika hubungan mereka masih terus berlanjut.

"Kenapa, Nie? Kita kan masih bisa pacaran sambil kuliah."

"Iya, tapi bukan itu masalahnya.  Mamaku marah dan aku gak mau kamu kena marah juga atau lebih parah dari itu.  Cukup aku saja yang kena dimaki-maki."

"Mamamu gak suka sama aku ya? Kenapa?"

"Gak tau, aku sudah tanya apa alasannya dan kenapa gak suka sama kamu, tapi aku makin dimarahi.  Katanya aku tukang bantah, gak pernah mau nurut orang tua, durhaka.  Aku capek bertengkar melulu dan gak pernah ada penyelesaian. Gak ada penjelasan juga salah ku apa."

"Aku salah apa, Nie? Aku tulus sama kamu.  Aku perna ketemu mamamu, terlihat ramah dan baik."

"Ya, didepan orang lain memang seperti itu.  Tapi ndak begitu kalau di belakang orang lain.  Sering ngomongin teman-temanku yang tidak dia suka dan cari-cari kesalahan.  Buntutnya, aku yang disalahkan gegara temenan sama si A, kenapa gak temenan aja sama si C.  Sementara orang yang mama gak suka itu rata-rata orang baik sama aku, selalu bantu aku dan paling asyik untuk berteman. Trus orang-orang yang mama bilang baik tu penjilat, carmuk."

"Termasuk aku?"

"Secara spesifik sih ndak, karena mama gak tau sedekat apa kita.  Tapi dari cara mama ngomong, suatu saat pasti akan kejadian aku dimaki-maki lagi."

"Trus kamu yakin kita gak bisa jalan terus?" redup sinar mata remaja lelaki itu memandangnya, raut wajah sedih jelas terlihat.

Dia hanya menunduk, sesak rasa di dada.  Tangannya mempermainkan saputangan dan sesekali menyeka air mata yang hampir menetes.  Kuatir ada teman-teman sekolahnya yang memperhatikan dan bertanya-tanya, sementara mereka berdua duduk di sisi lapangan olah raga, agak menjauh dari keramaian kegiatan porseni (Pekan Olah Raga dan Kesenian) di sekolah.

"Wan, maaf ya. Keputusanku sudah bulat, kita sampai disini saja. Kita tetap berteman, semoga kampus kita nanti deketan, jadi masih bisa ketemu. Kita serahkan sama Yang Di Atas, kalau ada jodoh pasti kita bareng lagi."

"Aku antar pulang, Nie. Kita jalan kaki mumpung udara cerah."

Berjalan kaki berdua, menelusuri jalan-jalan yang sudah mereka lalui bersama hampir selama 3 tahun, sejak kelas 1 SMA dan kini diakhir masa menapaki halaman SMA disaat menjelang UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri), mereka harus mengakhiri kisah kebersamaan mereka...

Pupus sudah semua yang pernah mereka rencana untuk masa depan berdua.  Hanya demi menyenangkan orang yang menyebut dirinya parent.

~~~~~ oOo ~~~~~








Komentar

Postingan populer dari blog ini

GAPTEK

Ah... Bau kurang sedap tiba-tiba mengganggu penciumanku. Mengganggu keasyikanku mengutak-atik sebuah gawai tua. Gawai berukuran 8 inchi yang ku beli lebih dari 5 tahun lalu itu, sampai saat ini masih berfungsi dengan baik dan cukup membantu untuk beberapa pekerjaan. Dengan enggan ku beranjak, mencari asal bau yang ternyata dari kamar mandi. Kucing ku yang manis dan pintar, baru saja buang air di closet, segera kubersihkan dengan menyiramnya sampai hanyut ke saluran pembuangan. Keempat ekor kucingku, sejak kecil semua diajarkan buang air di toilet, sehingga aku tidak perlu membeli pet litter sand  dan memudahkan ku untuk membersihkan kotoran mereka. Selesai dengan kucingku, kembali aku duduk di meja makan, kembali mencoba beberapa hal dengan perangkat gadget ku. "He... He... He... He..."  Setelah beberapa saat ku tertawa sendiri, betapa gapteknya aku. Sebenarnya aku hanya ingin membuat sebuah blog, akun blog ku yang lama tak bisa lagi dibuka. Terlalu lama tidak ku buka, sampai...

B💣M WAKTU⏳

Sejauh yang dia ingat, sejak kecil sampai dewasa, tidak ada yang pernah menanyakan apa yang dia rasa, apa yang dia lihat, apa yang dia pikirkan, apa yang dia harapkan, apa yang dia inginkan, apa yang dia cita-citakan dan apa yang dia rencanakan. Kata-kata manis dan lembut pun sama sekali tidak ada dalam ingatan pernah dia dengar, meski dia selalu dituntut untuk berbicara dan besikap santun. Yang dia ingat hanya suara bernada tinggi, ketus dan marah. Pukulan sapu lidi, ikat pinggang dan mistar kayu berulang kali mengenai tubuh kecilnya. Sudah tak terhitung lagi luka lebam di kaki, tangan dan punggungnya karena pukulan benda-benda itu atau cubitan di lengannya yang tidak jarang meninggalkan luka berdarah terkena kuku. Sudah tak terucap lagi pertanyaan, "apa salahku?" Karena mungkin dia memang sudah salah sejak lahir.  Dia lahir disaat bayi lelaki yang diharapkan, dan seperti kehadiranya tidak diinginkan tapi tak mungkin ditolak.  45 tahun sudah berlalu sejauh masa yang dia inga...

the LoSt KiTe

Ini bukan pertama kali aku merasa tersesat. Sejauh ini aku melangkah, ternyata ku sadari aku tetap di tempat, tidak pernah benar-benar beranjak dari titik awal bahkan aku pun tak tahu harus kemana dan apa tujuan ku. 2 orang bermain layangan Sebuah layang-layang terbang tinggi di langit. Setinggi apa pun dia terbang, pasti akan ditarik kembali untuk tetap bersama pemiliknya. Dia dapat terbang kapan dan dimanapun sesuai kehendak sang pemilik, selalu dalam kendali sang pemilik. Kadang dia diadu dengan layangan lain, kekuatan talinya dan keindahan bentuk serta rupanya, bukan untuk membuatnya menjadi lebih tangguh tapi hanya untuk memuaskan ego sang pemiliknya.  Suatu hari layang-layang itu putus talinya. Dia senang dapat melayang tanpa kendali sang pemilik. Bebas... Sesaat dia merasa senang, dapat terbang kesan-kemari kemana saja angin berhembus meniupnya. Tapi tetap saja dia tak punya tujuan kemana hendak pergi dan tak tahu apa yang dia inginkan. Setelah sekian lama melayang-layang ta...