"Apa mimpimu ?"
"Mimpi ?"
"Iya, apa yang kamu mimpikan tentang kehidupanmu dimasa depan. Atau apa yang kamu cita-citakan ?"
Ku tersenyum. Pandanganku berkeliling melihat suasana kafe yang mulai ramai. Pengunjung silih berganti, sementara kami sudah 1 jam duduk disitu, berdua saja menikmati me time. Pikiranku menerawang, lompat-lompat dari masa lalu dan kondisi saat ini.
"Apa kamu gak pernah menghayalkan, seperti apa rumah idamanmu atau pasangan seperti apa yang dirimu harapkan ?" Tanyanya lagi.
"Sudah kulupakan."
"Lah, kenapa ?"
"Percuma saja kalau semua itu terlarang.
"Ya, akhirnya rasa itu sirna begitu aja. Mungkin harus ikhlas aja terima kenyataan kalau aku ditakdirkan untuk tidak boleh punya keinginan."
"Aku gak paham."
"Ya, siapa pun tidak akan paham karena gak ngalamin." Ku tersenyum datar, tanpa ekspresi. Lelah, malas bahas hal yang itu-itu saja dan tidak ada hasil atau solusi.
Aku memilih untuk tidak lagi mempersoalkan apa yang tidak bisa aku lakukan karena "terlarang" atau hal lain. Dan lebih memilih melakukan sesuatu yang tidak menimbulkan pertentangan. Kucari kesenangan tersendiri.
Setengah abad kurang 1 tahun usiaku, tanpa prestasi, tanpa kekayaan berlimpah. Tidak punya apa-apa untuk dibanggakan, disombongkan dan dipamerkan seperti yang orang lain lakukan. Bahkan orang sering senyum sinis dan menganggapku tak penting. Mereka tak pernah ingat apa yang sudah aku lakukan untuk mereka. 1 hal yang aku syukuri, aku tidak punya beban tanggungjawab yang harus ku biayai.
1 hal yang pasti, aku ingin keliling dunia, melihat belahan lain bumi.
~~~~~ 🌀♒🌀 ~~~~~
Komentar
Posting Komentar
harap menggunakan tata bahasa yang baik dalam memberikan komentar.